Senin, 21 November 2011

Jam Gadang


Jam Gadang adalah nama untuk sebuah menara jam yang terletak di jantung kota Bukittinggi, provinsi Sumatera Barat, Indonesia. Masayarakat setempat menamakannya "Jam Gadang" (bahasa Minang), oleh karena menara jam ini memiliki 4 buah jam dengan ukuran yang besar; dimana "gadang" dalam bahasa Indonesia memiliki arti "besar".

Jam Gadang dibangun pada tahun 1926 oleh seorang arsitek bernama Yazid Sutan Gigi Ameh. Jam Gadang ini merupakan hadiah dari Ratu Belanda kepada Rook Maker, Controleur atau sekretaris kota Bukittinggi di masa pemerintahan Hindia Belanda. Peletakan batu pertama menara jam ini dilakukan oleh putra pertama Rook Maker yang pada saat itu masih berumur 6 tahun.

Sedemikian fenomenalnya, sejak dibangun dan sejak berdirinya, Jam Gadang telah menjadi pusat perhatian setiap orang. Hal itu pula yang mengakibatkan Jam Gadang dijadikan sebagai penanda atau markah tanah kota Bukittinggi dan juga sebagai salah satu ikon provinsi Sumatera Barat. Selain itu, ruangan bawah Jam Gadang juga pernah dijadikan sebagai loket karcis, pos polisi, dan gudang pada tahun 1970.

Pembangunan Jam Gadang konon menghabiskan biaya pembangunan dengan total sekitar 3.000 Gulden, biaya yang tergolong fantastis untuk ukuran waktu itu. Namun hal itu terbayar dengan terkenalnya Jam Gadang sebagai markah tanah yang sekaligus juga menjadi ikon kota Bukittinggi. Selain itu, Jam Gadang juga ditetapkan sebagai titik nol kota Bukittinggi.

Sejak didirikannya, menara jam ini telah mengalami tiga kali perubahan pada bentuk atapnya. Awal didirikan di masa pemerintahan Hindia Belanda, atap pada Jam Gadang berbentuk bulat dengan patung ayam jantan menghadap ke arah timur di atasnya. Kemudian di masa pemerintahan pendudukan Jepang berbentuk klenteng. Dan sejak proklamasi kemerdekaan Indonesia, atap pada Jam Gadang berbentuk atap pada rumah adat Minangkabau (Rumah Gadang).

Renovasi terakhir yang dilakukan adalah pada tahun 2010 oleh Badan Pelestarian Pusaka Indonesia (BPPI) dengan dukungan pemerintah kota Bukittinggi dan kedutaan besar Belanda di Jakarta, dan diresmikan tepat pada ulang tahun kota Bukittinggi yang ke 262 pada tanggal 22 Desember 2010.

Luas denah dasar dari Jam Gadang adalah 13 x 4 meter, dengan tinggi menara 26 meter. Sementara itu empat buah jamnya yang didatangkan dari Rotterdam, Belanda melalui pelabuhan Teluk Bayur digerakkan oleh mesin secara mekanik dan memiliki diameter masing-masing 80 cm. Konon mesin pada Jam Gadang hanya dibuat dua unit di dunia; Jam Gadang itu sendiri dan Big Ben di London, Inggris.

Jam Gadang dibangun tanpa menggunakan besi peyangga dan adukan semen. Campurannya hanya kapur, putih telur, dan pasir putih. Keunikan dari Jam Gadang sendiri adalah pada kesalahan penulisan angka Romawi empat ("IV") pada masing-masing jam http://www.blogger.com/img/blank.gifyhttp://www.blogger.com/img/blank.gifang tertulis "IIII". Dimana kesahalan penulisan seperti itu juga sering terjadihttp://www.blogger.com/img/blank.gif di belahan dunia, seperti angka 9 yang ditulis "VIIII" (seharusnya "IX") ataupun angka 28 yang ditulis "XXIIX" (seharusnya "XXVIII")

Paper Model Jam Gadang

Design By Julius Perdana
Builder By Royaje

Download Pattern Jam Gadang

Tidak ada komentar:

Posting Komentar